Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Monday, March 12, 2012

Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ke Dinasti Abbasiyah ditinjau dari Politik dan Keagamaan (Teologis)

Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Seperti diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu mereka tidak dapat mengatasi pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti (di tinjau dari segi politik), akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi (teologis). Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi Ketika berhasil merebut kekuasaan, orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati  kekhalifahan, yaitu gagasan Negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti Umayyah. Sejak awal dibangun gagasan bahwa kekuasaan selamanya hares di pegang oleh orang Abbasiyah, hingga akhirnya diserahkan kepada Isa sang juru selamat. kenyataannya perubahan keagamaan tampak lebih nyata; meskipun mempresentasikan kesalehan dan ketaatan  beragama,  khalifah Baghdad ternyata sama sekulemya dengan khalifah Damaskus yang mereka gulingkan. Dalam satu hal terdapat perbedaan yang sangat mendasar; dinasti Umayyah terdiri atas orang Arab sementara Dinasti Abbasiyah lebih bersifat intemasional. Karena khawatir terhadap para pembelot  dan  para  pendukung  Ali  di  Kufah,  As-saffah membangun kediamannya, hasyimia (menggunakan nama hasyim, leluhur keluarga itu), di Anbar. Banghdad kota tetangga Kufah juga dihindari kerena alasan serupa, sehingga tidak cocok dijadikan sebagai pusat kerajaan. Di ibukota kerajaan yang bare is dirikan itu, As-saffah meninggal (754 M) karena penyakit cacar air ketika berusia 30-an tahun. Saudaranya yang juga penerusnya, Abu Ja'far (754 775 M)   yang mendapat julukan Al-Manshur   adalah khalifah terbesar Dinasti Abbasiyah, meskipun bukan seorang muslim yang shaleh. Dialah sebenarnya   bukan As-saffah   yang benar-benar membangun dinasti baru itu.Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis keturunannya.Pada tahun 762 M Al-Manshur yang membangun kediaman di hasimia  antara Kufah dan Hirah - meletakkan batu pertama pembangunan ibukota baru -Baghdad - tempat lahimya sebuah kisah petualangan lengendaris yang dikisahkan oleh syahrazad dalam "Seribu satu malam". Kota itu merupakan wilayah kuno yang pernah menjadi sebuah desa tempat tinggal orang Sasaniyah dengan nama yang sama yang berarti "pemberian Tuhan". Keputusan itu diambil karena daerah itu merupakan markas militer yang sangat baik.Di samping itu daerah ini dilintasi sungai Trigis, sehingga bisa berhubungan dengan Cina, mengeruk hasil laut dan hasil-hasil makanan dari Mesopotamia, Armenia dan daerah sekitarnya. Selain sungai Trigis di kawasan itu juga terdapat sungai Erfat yang memungkinkan penduduk di sanamendapatkan hasil bumi Suriah, Raqqah dan daerah sekitarnya.
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendiriny ialah Abdullah As-
Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan  Abul Abbas As-Saffah. Kata As-Saffah pertama kali muncul adalah dalam khutbah ketika penobatannya di Masjid Kufah, khalifah Abbasiyah pertama ini menyebut dirinya As-saffah (penumpah darah) yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu pertanda buruk, karena dinasti yang baru muncul ini mengisyaratkan  bahwa  mereka  lebih  mengutamakan  kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, di sisi singgasana khalifah tergelar karpet yang di gunakan sebagai tempat eksekusi.As-saffah menjadi pendiri dinasti Arab Islam ketiga - setelah khulafa ar-rasyidin dan Dinasti Ummayyah   yang sangat besar dan berusia lama.
Dari tahun 132 - 656 H / 750 - 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga  Abbasiyah  menduduki  singgasana  khilafah  Islamiyah.  Pusat pemerintahannya di kota Baghdad. Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah jatuh, kekuasaan khilafah jatuh ke tangan Bani Abbas. Berdirinya Dinasti Abbasiyah ini merupakan hasil perjuangan gerakan politik yang dipimpin oleh Abu al-Abbas yang dibantu oleh kaum Syi'ah dan orang-orang Persi.Gerakan politik ini berhasil menjatuhkan Dinasti Umayyah di tahun 750 M. Dalam mempertahankan kekuasaan, sebagaimana Bani Umayyah, dilakukan dengan cara kekerasan dan intrik-intrik politik. Dinasti Bani Abbas ditegakkan secara revolusi di atas sisa-sisa kekuatan Bani Umayyah pads tahun 750 M. Abu al-Abbas al-Saffah memproklamirkan berdirinya kerajaan Bani Abbas.
Abbasiyah adalah suatu dinasti (bani abbas) yang mengusai Negara Islam pads masa klasik dan pertengahan Islam. Negara Islam ketika berada di bawah kekuasaan ini juga disebut dengan daulah abbasiyah, yang melanjutkan kekausan daulah Umayyah. Dinamakan daulah abbasiyah karena karena pendiri dan penguasa dinasti ini adalah dari keturunan bani Abbas., paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abbas as-Saffah.Dan zaman keemasan Islam terletak pada kekuasaan dinasti ini.  Sejarah peralihan kakuasaan dari daulah Umayyah pada daulah Abbasiyah dimulai ketika Bani Hasyim menunutut kekuasaan Islam berada di tangan mereka karena mereka adalah  Keluarga  Nabi  Muhammad  SAW yang  terdekat.  Tuntutan  itusebenarnya sudah sejak lama, tapi baru menjelma menjadi sebuah gerakan ketika Bani Umayyah naik takhta dengan mengalahkan Ali Bin Abi Thalib dan bersikap keras keturunan Banff Hasyim. Propaganda baru mulai terjadi ketiak Umar Bin Abdul Aziz (717-720) menjafi khalifah bani Umayyah. Stabilitas negara dan sistem pemerintahan berjalan dengan baik, kesejahteraan dan keadilan begitu merata terhadap daulah dan rakyatnya. Ketentraman tersbutlah yang memicu Banff Abbas unutk memulai gerakan yang berbasis di daerah al-Humaymah, yang pad saat itu dipimpin seorang zahid yang bernama Abdullah bin Abbas, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama muhammad yang memperluas gerakan untuk meruntuhkan kekuasaan dari bani umayyah pads saat itu. Dia menetpakan tiga daerah untuk menjadi pusat gerakannya; (1) al-Humaymah menjadi pusat perencanaan dan organisasi; (2) Kufah sebagai tempat  penghubung;  dan (3)  Khurasan sebagai  pusat gerakan praktis. Setelah wafat Muhammad digantikan oleh anaknya yang bernama Ibrahim alImam, yang mengangkat seorang panglima perang yang gagah berani berasal dari Khurasan yang bernama Abu Muslim Khurasani. Abu Muslim berhasil merebut Khurasan dan kemudian menyusul kemenangan demi kemenangan, dan  akhirnya  Ibrahim  al-Imam  ditangkap  oleh  daulah Umayyah dan dipenjarakan hingga meninggal dunia. Setalah itu Ibrahim digantikan oleh saudaranya yang bernama Abu Abbas, yang mengantar peperangan antara pasukan Bani Umayyah dan Bani Abbas di daerah dekat sungai Zab. Pada pertempuran tersebut Bani Abbas memperoleh kemenangan dan berlanjut ke Suriah dan dari sanalah kemenagan demi kemenangan di peroleh pihakpasukan Banff Abbas.
Pada tahun.132 H / 750 M berdirilah Daulah Abbasiyah dengna Khalifah yang pertama adalah Abu Abbas as-Saffah. Daulah ini berlangsung cukup lama, hingga tahun 656 H / 1258 M. berdasarkan perubahan politik dan sosial dan  budaya maka pola pemerintahannya berupa pula, dan para pakar membaginya dalam lima periode :Peride Pertama Walaupun khalifah yang pertama adalah Abu Abbas, beliau hanya memimpin dengan relatif sangatr singkat kurang lebih hanya empat tahun saja. Kemudian daulah ini diteruskan oleh Abu Ja'far Al-Mansyur, beliaulah yang dengan sekuat tenag amelawan lawan-lawannya  dari  Bani  Umayyah,  Khawarij,  Syia'ah yang merasa dikucilkan  dari  kepemerintahan Bani Abbasiyah. Untuk mengamankan kekuasaanya maka orang yang dianggap dapat merusak stabilits negara di depak jauh-jauh dari daulah tersebut. Pamannya sendiri dan Abu Muslim di hukum   mati,   untuk   mengamankan   posisinya  dari  para  pesaing. Untuk kepentingan internal kepemerintahan maka ibukota ke Baghdad pada tahun 767, dan membentuk lembaga eksekutif dan yudikatif. Dalam lembaga eksekutif dia  mengangkat  seorang  wazir (menteri)  sebagai  koordinator departemen; dia juga membentuk lembaga protokler negara, sekretaris negara, kepolisisan dan melanjutkan angkatan bersenjata. Dia menunjuk Abdur Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak zaman bani umayyah dilanjutkan dengan tambahan tugas, selain mengatur jalur surat juga sebgai sarana informasi untuk seluruh wilayah kekuasaan di daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos juga bertugas melaporkan kegiatan gubernur setempat kepada Khalifah.Jawatan wazir kurang lebih selama 50 tahun di kuasai oleh Baramakih atau Marmaki, sutau keluarga yang berasal dari Balkh, Persia (Iran).Wazrir yang pertama adalah Khalid Bin Balkh, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Yahya Bin Khalid.Yang terakhir ini juga mengangkat anaknya menjadi wazir muda, sedangkan anknya yang lain Fadhli bin Yahya menjadi Gubernur Persia Barat dan kemudian Khurasan. Pada masa tersebut .
Persoalan administrasi Negara lebih banyak ditangani oleh keluarga persia itu. Masuknya kelurga non Arab ini ke dalam pemerintahan bani Abbas merupakan unsur pembeda dengan dinasti sebelumnya yang berorientasi ke Arab.Khalifah ini jugs berusaha kembali menaklukkan daerah yang sebelumnya membebaskan diri dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara isahanya itu adalah merebut benteng di Asia, kota Malita, wilayah Coppadicia dan Sicilia pada tahun 758-765, ke utara tentaranya melintasi pegungan Taurus dan mendekati selat Bosporus, dan berdamai dengan Kaisar Costantine V. Selama genjatan senjata (578-765), Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan bala tentara Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di Laut Kaspia, Turki di bagian lain orkus serta India.
Pada masanya konsep khalifah berubah, beliau berkata "saya adalah kekuasaan Tuhan di buminya" yang menandakan bahwa Khalifah bukan dari pilihan manusia tetapi merupakan mandat dariTuhan, seperti zaman Khalifah Rasyidin. Dan nama gelar mereka lebih populer dari nama asli mereka. Pucak keemasan Daulah ini dibangun oleh Abu Abbas Ja'far al-Mansyur, dan diteruskan oleh tujuh generasi berikutnya dari zaman Khalifah Mahdi hingga Khalifah al-Wasiq.Dan puncak popularitas daulah ini adalah pada zaman Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya al-Ma'mun.

Peralihan Kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ke Dinasti Abbasiyah ditinjau dari Politik dan Keagamaan (Teologis) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

1 komentar:

  1. Saya baca dari atas kok ada yang aneh apa salah ketik atau bagimana ya seperti "kekuasaan selamnaya dipegang Abbasiyah selanjutnya di serahkan ke Isa......"

    ReplyDelete